TASQUDS
Islamic Mobile Site
Blog

Sebuah Realita yang Pahit

Tas, 21 April 2012

SUNGGUH TELAH TIBA SAATNYA BAGI PEMUDA MUSLIM UNTUK MELEPASKAN DIRI DARI NAMA-NAMA YANG NYARING LAGI KOSONG ITU, YANG TERUS MENERUS DALAM KEMUNAFIKAN [ MENJILAT ] PARA THOGHUT SAMPAI HINA KEDUDUKANNYA SERTA MENJADI CEMOOHAN DI LISAN KAWAN MAUPUN LAWAN.

Dan telah tiba saatnya bagi pemuda Muslim, ia berkumpul di sekitar ‘Ulama ‘Amilin yang jujur, yang menderita dan mendapat cobaan di jalan Agama mereka yang di sifati Allah Subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya:
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabarDan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” [QS. As-Sajdah: 24]

Dan telah tiba saatnya bagi pemuda ini untuk keluar dari lobang yang dia hidup di dalamnya, dan untuk sadar bahwa peperangan antara Islam dengan kekafiran, antara Al-Haq dan Al-Bathil, adalah peperangan yang pasti serta tidak bisa lari darinya. Dan sesungguhnya bila ia tidak siap dan tidak mempersiapkan persiapannya untuk peperangan itu, maka ia akan menjadi korban pertama.

IBNU BAZ
ANTARA HAKIKAT DENGAN PRADUGA


Saya mendengarkan bersama jutaan anak-anak umat Islam dari siaran-siaran berita. Mereka menyiarkan lewat udara fatwa-fatwa ‘Abdul ‘Aziz Ibnu Baz, dia mengajak kaum Muslimin untuk sholat di Al-Masjid Al-Aqsho sedangkan ia juga membolehkan berniaga dan berinteraksi dengan israel.

Kemudian saya mendengar jawaban perdana menteri israel Yizaq Rabin terhadap Ibnu Baz seraya menyambut dan mengucapkan selamat kepada sang Fadhilatul Mufti.

Dan saya tidak merasa heran bila ucapan-ucapan seperti ini muncul dari laki-laki semacam itu [ yakni Ibnu Baz-ed ] sebagaimana yang di herankan oleh banyak manusia, karena saya terhadap orang itu memiliki pandangan yang masih terus saya pegang –walaupun banyak orang menganggap berlebihan terhadap pendapat saya ini-. Dalam pandangan saya yang terbatas dan akal saya yang lemah, adalah tidak mungkin seorang laki-laki menyatukan sekaligus pada dirinya kepemimpinan dalam Dien ini dan tampil sebagai juru fatwa dan ta’lim dengan menduduki jabatan tertinggi di negara Dinasti Sa’ud, NEGARA BONEKA AMERIKA.

Bagaimana Dinasti Sa’ud memberi gigi kepada orang ini dan menempatkannya pada jabatan itu, sedangkan mereka itu adalah orang-orang yang paling patuh pada Amerika, kecuali keberadaan orang ini [ Ibnu Baz ] pada jabatan-jabatan itu adalah merupakan kepentingan yang paling mendasar bagi Dinasti Sa’ud yang menguasai negeri kaum muslimin dengan tajamnya pedang, dalam hal itu mereka tidak berbuat lembut dan basa-basi.

Seandainya terbesit dalam benak mereka sekali saja bahwa Syaikh ini mungkin menentang mereka atau mengancam kekuasaan mereka, tentu mereka akan menggunakan terhadapnya apa yang cukup untuk mendiamkannya berupa pemecatan sampai pembunuhan. Dan sejarah Dinasti Sa’ud dalam hal itu bersama orang-orang yang menentang mereka adalah lebih masyhur untuk di sebutkan.

Tujuan saya dari ungkapan itu bukanlah ini [ hal di atas-ed], tapi tujuan saya adalah:
Bahwa Ibnu Baz dan kelompok yang ada di sekitarnya telah dijadikan oleh banyak orang sebagai panutan/tauladan dalam agama dan rujukan untuk Fatwa. Mereka masih selalu merujuk kepada orang-orang itu [ Ibnu Baz & kelompoknya-ed ], kepada tulisan-tulisan mereka dan ucapan-ucapan mereka dalam urusan Dien yang paling urgent –yaitu urusan I’itiqod dan Tauhid- dan dalam –problematika kaum muslimin yang paling berbahaya- yaitu problematika pemerintah murtad yang mencengkram negeri-negeri kaum Muslimin.

Dan orang-orang yang mengikuti itu –walaupun selalu berbicara bahwa mereka itu terbebas dari taqlid madzhabiy- adalah manusia yang paling taqlid terhadap kelompok syaikh-syaikh itu, dan klaim ini melebar dan menyebar di tengah ribuan pemuda Muslim, sampai itu menjadi hal yang di terima begitu saja, hingga kami melihat orang ‘Alim yang baik semacam Doktor Safar Al-Hawali saja berani mengatakan bahwa demokrasi itu bisa saja di pakai secara darurat untuk menyelamatkan negeri dari kekacauan seraya ia mengambil bukti dengan apa yang terjadi di Al-Jazair sembari bersandar dalam hal ini kepada ucapan Ibnu Baz !!! [ dalam kaset rekamannya no 4661, Tasjilat Al-Hidayah Al-Islamiyah Dammam, ceramah tanggal 23-6-1412H ], padahal Safar Al-Hawali itu mantap dalam pengajaran ilmu Tauhid dan tulisannya bagus tentang sekularisme [ tapi dia tergelincir sebab bersandar dengan ucapan Ibnu Baz itu ]. Bila saja ini adalah keadaan Safar Al-Hawali yang Ilmunya cukup luas dan pengorbanannya yang banyak dalam jalan dakwah, maka bagaimana dengan yang lainnya???.

Sungguh ribuan pemuda telah hidup sebagai tawanan bagi nama-nama yang mendengung ini –Ibnu Baz, Al-Utsaimin dan Abu Bakar Al-Jazairi- mereka mengikuti orang-orang ini atau minimal mereka tidak berani untuk menyelisihinya meskipun sangat besar kekeliruan Syaikh-syaikh itu dan sangat keji penyimpangan-penyimpangan mereka itu.

Saya merasa heran, bagaimana bisa manusia taqlid dalam Dien mereka kepada seorang laki-laki [ Ibnu Baz -ed] yang tidak pernah berkorban di jalan Allah dan tidak di beri ujian di dalamnya, bahkan tidak menerima gajinya kecuali untuk membela kepentingan-kepentingan para Thoghut !!! maka bagaimana manusia bertanya kepadanya tentang leher-leher para thoghut, darah-darah mereka !!! dan pelenyapan kekuasaan mereka ???

SUNGGUH TELAH TIBA SAATNYA BAGI PEMUDA MUSLIM UNTUK MELEPASKAN DIRI DARI NAMA-NAMA YANG NYARING LAGI KOSONG ITU, YANG TERUS MENERUS DALAM KEMUNAFIKAN [ MENJILAT ] PARA THOGHUT SAMPAI HINA KEDUDUKANNYA SERTA MENJADI CEMOOHAN DI LISAN KAWAN MAUPUN LAWAN.

Dan telah tiba saatnya bagi pemuda Muslim, ia berkumpul di sekitar ‘Ulama ‘Amilin yang jujur, yang menderita dan mendapat cobaan di jalan Agama mereka yang di sifati Allah Subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya:
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabarDan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” [QS. As-Sajdah: 24]
Dan telah tiba saatnya bagi pemuda ini untuk keluar dari lobang yang dia hidup di dalamnya, dan untuk sadar bahwa peperangan antara Islam dengan kekafiran, antara Al-Haq dan Al-Bathil, adalah peperangan yang pasti serta tidak bisa lari darinya. Dan sesungguhnya bila ia tidak siap dan tidak mempersiapkan persiapannya untuk peperangan itu, maka ia akan menjadi korban pertama.

Sebenarnya kami bisa mendiamkan syaikh-syaikh itu, bila mereka ridho bagi diri mereka agar diam dan berbicara dalam hal-hal yang tidak membuat marah para penguasa berupa urusan-urusan agama yang bersifat ibadah pribadi, meskipun ini juga mustahil bersama menjalarnya kerusakan para thoghut itu, akan tetapi beralihnya para ‘ulama itu menjadi perusak dan pengahancur keyakinan para pemuda, menjadi pelegal untuk kekafiran para thoghut, menjadi musuh bagi Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar, menjadi perekomendasi bagi kebercokolan angkatan perang salib amerika di bumi jazirah ‘Arab, serta yang memberi restu akan siasat kotor dan politik berkuasanya yahudi di bumi Islam…!!!

Dan saya mengetahui bahwa ucapan saya ini akan di anggap berlebihan oleh banyak orang, baik yang masih hidup dalam praduga atau orang-orang yang sepakat dengan saya akan tetapi mereka tidak memiliki pada diri mereka keberanian untuk terang-terangan dengan hal itu, karena takut terhadap tuduhan orang lain terhadap mereka [ dengan tuduhan ] melecehkan ‘ulama, atau karena mereka tidak mampu menyelisihi apa yang selalu mereka dengung-dengungkan bertahun-tahun.

Akan tetapi Al-Haq itu nyata dan kebathilan itu luntur: SESUNGGUHNYA IBNU BAZ DAN KELOMPOKNYA ADALAH ‘ULAMA PENGUASA YANG MENJUAL KAMI KEPADA MUSUH-MUSUH KAMI DENGAN IMBALAN GAJI DAN JABATAN, MESKIPUN MARAH ORANG YANG MARAH DAN RIDHO ORANG YANG RIDHO.

Sesungguhnya barisan Al-Iman wajib melepaskan diri dari para pemalsu dan kaum Munafiqin sebelum berhadaapn dengan barisan kekafiran.

“Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al-Quran (supaya jelas jalan orang-orang yang saleh), dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa.” [QS.Al-An’am: 55].

Penulis: Syaikhul Mujahidin Dr. Ayman Adz-Dzawahiri
Diterjemahkan dari: Majalah Al-Mujahidun edisi XI, Tahun I rabu 3 sya’ban 1415 H.
Penerjemah: Abu Sulaiman

Back to posts