TASQUDS
Islamic Mobile Site
Blog

Bangkitlah Wahai Umat Islam

Seandainya tidak ada Jihad tentulah bumi ini rusak dan tentulah Masjid-masjid di robohkan. Perseteruan antara Al-Haq dan Al-Bathil adalah ketentuan yang pasti berjalan, dan selalu saja Ahlul Bathil jumlahnya lebih banyak dari Ahlul Haq, sedangkan kekalahan mereka itu dan penghadangan kejahatan mereka tidaklah mengkin berhasil kecuali dengan Al-Jihad. Banyak dari manusia tidak tunduk terhadap Al-Haq tanpa kekuatan yang menggiring mereka terhadap hal itu, dan Al-Jihad fi Sabilillah terus berlangsung sampai hari kiamat. Ia adalah jalan kejayaan dan kemenangan umat ini, dan bagaimanapun di tebar duri-duri rintangan di depan lajunya dan bagaimanapun musuh-musuh Islam berupaya keras dalam memeranginya, meleyapkan pilar-pilarnya, menindas para pemeluknya, mengusir mereka, memfitnah mereka, menuduh mereka dengan kekurangan dan cacat, mencap mereka sebagai Ahlul Ghuluw, militan dan teroris, maka tetap tidak akan berhenti alur langkahnya dan akan nampak cahayanya, akan melebar pengaruhnya dan ia akan tegak berdiri selagi masih ada siang dan malam dengan kemulian orang yang mulia atau kehinaan orang yang hina, dan masalahnya berkisar pada kemenangan atau kesyahidan.Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “akan senantiasa sekelompok dari umatku berperang di atas Al-Haq, mereka menang atas orang yang merintangi mereka sampai golongan yang terakhir dari mereka memerangi Al-Masih Ad-Dajjal.” [di riwayatkan oleh Abu Dawud dari Jalur Hammad Ibnu Salimah dari Qotadah dari Mutharrif dari ‘Umrah Ibnu Hushain dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam].

Dan ada dalam shahih Imam Muslim [no.1922] dari jalur Muhammad Ibnu Ja’far, telah mengabarkan kepada kami Syu’bah dari Hammak ibnu Harb dari Jabir Ibnu Samurah bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Akan senantiasa Dien ini tegak, berperang untuk mempertahankannya sekelompok dari kaum muslimin sampai hari kiamat tiba”.

Dan Muslim meriwayatkan [no.1924] dari jalur Yazid Ibnu Habib, telah memberi tahu saya Abdurrahman Ibnu Syumasah Al-Mahry dari Uqbah Ibnu Amir bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “senantiasa sekelompok dari umatku berperang di atas urusan Allah, mereka mengalahkan musuhnya, tidak memudharatkan orang yang menyelisihi mereka, sampai datang kiamat kepada mereka, sedang mereka tetap di atas hal itu”.

BIARKAN KAMI MATI HINGGA KAMI MERAIH SYUHADA

بسم الله الرحمن الرحيم




Sesungguhnya Ad-Dien Al-Islami tidak terealisasikan dalam jiwa-jiwa kaum muslimin dan tidak pula pada waqi’ manusia kecuali dengan menegakan Al-Jihad fi Sabilillah dengan seluruh macam-macamnya. Dan kejahatan para perusak di muka bumi ini tidak akan terhenti kecuali dengan kekuatan yang menggentarkan mereka dan Jihad yang meluluh-lantakan segala kekuatan yang mereka miliki.

Seandainya tidak ada Jihad tentulah bumi ini rusak dan tentulah Masjid-masjid di robohkan. Perseteruan antara Al-Haq dan Al-Bathil adalah ketentuan yang pasti berjalan, dan selalu saja Ahlul Bathil jumlahnya lebih banyak dari Ahlul Haq, sedangkan kekalahan mereka itu dan penghadangan kejahatan mereka tidaklah mengkin berhasil kecuali dengan Al-Jihad. Banyak dari manusia tidak tunduk terhadap Al-Haq tanpa kekuatan yang menggiring mereka terhadap hal itu, dan Al-Jihad fi Sabilillah terus berlangsung sampai hari kiamat. Ia adalah jalan kejayaan dan kemenangan umat ini, dan bagaimanapun di tebar duri-duri rintangan di depan lajunya dan bagaimanapun musuh-musuh Islam berupaya keras dalam memeranginya, meleyapkan pilar-pilarnya, menindas para pemeluknya, mengusir mereka, memfitnah mereka, menuduh mereka dengan kekurangan dan cacat, mencap mereka sebagai Ahlul Ghuluw, militan dan teroris, maka tetap tidak akan berhenti alur langkahnya dan akan nampak cahayanya, akan melebar pengaruhnya dan ia akan tegak berdiri selagi masih ada siang dan malam dengan kemulian orang yang mulia atau kehinaan orang yang hina, dan masalahnya berkisar pada kemenangan atau kesyahidan.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “akan senantiasa sekelompok dari umatku berperang di atas Al-Haq, mereka menang atas orang yang merintangi mereka sampai golongan yang terakhir dari mereka memerangi Al-Masih Ad-Dajjal.” [di riwayatkan oleh Abu Dawud dari Jalur Hammad Ibnu Salimah dari Qotadah dari Mutharrif dari ‘Umrah Ibnu Hushain dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam].

Dan ada dalam shahih Imam Muslim [no.1922] dari jalur Muhammad Ibnu Ja’far, telah mengabarkan kepada kami Syu’bah dari Hammak ibnu Harb dari Jabir Ibnu Samurah bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Akan senantiasa Dien ini tegak, berperang untuk mempertahankannya sekelompok dari kaum muslimin sampai hari kiamat tiba”.

Dan Muslim meriwayatkan [no.1924] dari jalur Yazid Ibnu Habib, telah memberi tahu saya Abdurrahman Ibnu Syumasah Al-Mahry dari Uqbah Ibnu Amir bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “senantiasa sekelompok dari umatku berperang di atas urusan Allah, mereka mengalahkan musuhnya, tidak memudharatkan orang yang menyelisihi mereka, sampai datang kiamat kepada mereka, sedang mereka tetap di atas hal itu”.

Dan diantara fenomena kekuatan Salaf dan kejayaan mereka adalah tegaknya Jihad fi Sabilillah, dan ia adalah jalan yang darinya umat Islamiyah menduduki posisi tertinggi dan kejayaannya serta mengembalikan pamornya. Dan setiap tarbiyah yang berdiri tanpa di iringi ruh Jihad dan tanpa mengkaitkan realita sekarang dari umat ini dengan masa lalunya, maka ia adalah tarbiyah yang lemah, bagaimanapun upaya keras para penghusungnya dan apapun niat-niat mereka itu.
Da tatkala umat Islamiyah sekarang ini tidak mempedulikan terhadap sebab kejayaan mereka dan dasar ketangguhan mereka, maka Allah menghinakan mereka dan menguasakan atas mereka musuh-musuh mereka. Dan kita tatkala memberikan diri kita pada Dien ini, kita kembali kepada Dien kita, kita mencari seba-sebab kejayaan pendahulu kita, kita mengamalkanya dan manjaharkannya dalam dunia realita, maka sesungguhnya kemenangan berada di pihak kita dan kejayaan adalah syiar kita.

Dan pada masa kita ini mulai muncul kesadaran umat ini, merebak perlawanan terhadap kafirin, dan berkibar tinggi panji-panji Jihad di Afghanistan, Palestina, Chechnya, Filipina dan banyak tempat lainnya, serta mulai umat ini memahami tujuan-tujuan Jihad dan maksudnya, dan ia menjauhi dengan kesadaran sendiri dari panji-panji kebangsaan dan nasionalisme, panji-panji pembebasan tanah air dan pembelaan terhadap pemerintah-pemerintah thoghut dan sekuler. Dan kita menunggu pertolongan Allah yang dekat untuk mengaitkan realita kekinian umat ini dengan masa lalunya, dan agar kalimat Allah-lah yang tinggi dan kalimat orang-orang kafirlah yang terendah.

Maka, apakah ada orang yang menyisingkan lengannya untuk Jihad dan apakah ada orang yang mau memerangi Ahlul Kufri wal ‘inad ??? Karena sesungguhnya termasuk pengecewaan terbesar adalah engkau melihat Junuudur Rahman dan ‘Asakirul Iman memerangi yahudi dan kristen dari bangsa Rusia dan Amerika, sedangkan engkau ada bersama Al-Khowalif [orang-orang yang duduk tidak berperang], engkau tidak berjihad langsung dengan dirimu padahal engkau mampu dan di butuhkan, dan engkau juga bakhil dengan harta yang dimiliki, Allah Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar.” [QS.Ash-Shoff: 11-12]

Dan dalam surat Al-Bara’ah, Allah telah menjadikan surga sebagai penukar transaksi bagi jiwa dan harta orang-orang yang beriman, Dia Subhanahu wa ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila di katakan kepadamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.” [QS.At-Taubah: 38]

Dan Firman-Nya Ta’ala: “Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar. Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!.” [QS.An-Nisaa’: 74-75]

Ini adalah perintah dari Allah ta’ala untuk berjihad dalam rangka meninggikan kalimat-Nya dan menyelamatkan kaum Mukminin dan Mukminat, serta membebaskan mereka dari tangan-tangan kafirin yang aniaya.

Para Ulama telah Ijma terhadap kewajiban memerangi orang-orang kafir yang lancang menduduki negeri kaum muslimin, bila kejahatan mereka itu bisa di tangani oleh penduduk negeri yang di duduki atau yang di rampas maka kewajiban sudah gugur dari yang lain, dan bila penolakan kejahatan mereka dari kezalimannya [kaum kafir] tidak teratasi oleh penduduk negeri yang di duduki itu, maka wajib atas orang yang dekat dengan musuh dari penduduk negeri-negeri lain menolong saudara-saudara mereka dan menghadang gerak langkah orang-orang kafir itu. Dan kewajiban ini tidak gugur dari pundak kaum muslimin sampai musuh di usir dari negeri kaum muslimin.

Dan dalam perang ini tidak wajib ada izin dari pemimpin, apalagi kalau si pemimpin itu telah mengkhianati Diennya lagi mencampakan aturan-aturan Allah, karena Jihad telah Fardhu ‘Ain.
Para Ulama tidak berselisih bahwa tugas paling utama penguasa adalah menegakan Syariat Allah, menjihadi orang-orang kafir dan murtaddin serta menolong Islam dan kaum Muslimin di seluruh belahan dunia. Dan bila mereka tidak melakukan hal itu, maka apa gerangan tugas mereka itu ???

Alangkah butuhnya umat ini kepada para Ulama yang jujur yang mengkritisi para penguasa dan mengingkari di hadapan mereka keburukan perbuatan-perbuatan mereka dan kenistaan tingkah laku mereka. Dan alangkah butuhnya umat ini kepada tokoh-tokoh yang jujur yang mengerahkan seluruh kemampuannya dan menggunakan waktunya dalam memerangi orang-orang kafir dan menghadang sikap aniaya mereka, serta mereka mencari syahadah sebagaimana orang-orang kafir mencari kehidupan.

Orang yang terbunuh dalam Jihad ini dalam keadaan maju tidak mundur adalah Syahid Fi Sabililah. Sungguh telah ada dalam Shahih Muslim [no.1915] dari jalur Suhail Ibnu Abi Shalih dari Bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam berkata: “Siapa yang terbunuh di jalan Allah maka dia Syahid, dan siapa yang Mati di jalan Allah maka ia Syahid, siapa yang mati dalam wabah tho’un maka ia Syahid, serta siapa yang mati dalam sebab penyakit perut maka ia Syahid”.

Hadist-hadist mutawatir dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam telah menunjukan bahwa Jihad di Jalan Allah adalah tergolong amalan paling utama dan orang-orang yang menjalankanya adalah tergolong hamba-hamba yang paling utama. Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam telah di tanya tentang amalan yang menyamai Jihad fi sabilillah ‘Azza wa Jalla ? Beliau bersabada: “kalian tidak akan mampu”, mereka mengulangi pertanyaan kepada Beliau dua atau tiga kali, semua itu beliau jawab: “kalian tidak akan mampu “, dan ketiganya beliau berkata: “ perumpamaan Mujahid Fi Sabilillah adalah seperti orang yang Shaum yang berdiri Sholat lagi khusyu’ dengan ayat-ayat Allah, ia tidak menghentikan diri dari Shaum dan sholat, sampai Mujahid fi Sabilillah Ta’ala pulang” di riwayatkan oleh Imam Muslim dari jalan Suhail Ibnu Abi Shalih dari Ayahnya dari Abu Hurairah Radiyallahu ’anhu, dan di riwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dengan maknanya dari Hadist Abu Hushain dari Dzakwan dari Abu Hurairah.

Dan ada dalam Ash-Shahihan dari jalan Az-Zuhri berkata: ‘Atha Ibnu Yazid Al-laitsi telah mengabarkan kepadaku bahwa Abu Sa’id Al-khudri Radiyallahu ’anhu telah mengabarkannya, ia berkata: ‘katakan wahai Rasulullah, manusia macam apa yang paling utama?”, maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Mukmin Mujahid fi Sabilillah dengan jiwanya dan hartanya”, Mereka berkata: “kemudian siapa?”, Beliau bersabda: “mukmin yang berada di suatu lembah, dia bertaqwa kepada Allah dan ia meninggalkan manusia dari kejahatannya”. Shahih Al-Bukhari [no.2786] dan Muslim [n0.1888].

Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Demi Dzat yang jiwa ku berada di tangan-Nya, sungguh saya ingin terbunuh di jalan Allah, kemudian saya hidup kemudian saya terbunuh kemudian saya hidup kemudian saya terbunuh”, di riwayatkan oleh Al-Bukhari [no.2797] dan Muslim [no.1876] dari jalan ‘Umarah, berkata: Abu Zar’ah Ibnu ‘Amr Ibnu Jarir telah mengabarkan kepada kami, ia berkata: saya telah mendengar Abu Hurairah dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam… dengannya.

Dari Anas Radiyallahu ’anhu, berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “tidaklah seseorang meninggal yang memiliki kebaikan di sisi Allah, [terus] ia ingin kembali ke dunia dan bahwa baginya dunia dan seisinya, kecuali orang yang mati Syahid, karena ia melihat [pahala] dari keutamaan syahadah, maka sesungguhnya ia merasa senang bila kembali ke dunia terus ia terbunuh sekali lagi” di riwayatkan Al-Bukhari dari jalan Abu Ishaq dari Humaid dari Anas, dan di riwayatkan Al-Bukhari [no.2817] dan Muslim [no.1877] dari jalan Syu’bah dari Qotadah dari Anas dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam.

Dan Nabi Allah, Sulaiman telah berangan-angan ingin memiliki anak yang banyak supaya mereka menjadi para pendekar yang berjihad di jalan Allah. Ini ada dalam Ash-Shahihan.

JIHAD ADA DUA MACAM

Jihad Tholab [Invansi]: yaitu mendatangi orang-orang kafir dan menginvansi mereka di negeri-negeri mereka walaupun tidak pernah muncul dari mereka sedikitpun penganiayaan, agar mereka masuk ke dalam Islam seluruhnya atau mereka memberikan jizyah dari tangan mereka langsung sedang mereka dalam keadaan hina, dan ini adalah Nash Al-Kitab, As-Sunnah dan Ijma Ahlul Ilmi. Dan tidak menghalangi dari Jihad ini kecuali bahaya-bahaya yang kuat atau ketidak mampuan dan kelemahan [pasukan Islam-ed]. Dan dalam hal ini di kembalikan kepada orang-orang ‘Alim lagi jujur dan hal ini tidak boleh di cari pada orang yang telah menjual ayat-ayat Allah dengan harga yang murah, atau orang-orang yang pecundang dan para penebar isu di muka bumi ini. Dan tujuan terbesar dari Jihad ini adalah meninggikan kalimat Allah, membela Dien-Nya serta menghinakan kekafiran dan para pelakunya.

Jihad Difa’I [pertahanan]: yaitu Jihad menghalau musuh dari negeri kaum muslimin, dan ini adalah wajib dengan Ijma, serta tidak ada yang menghalangi darinya kecuali orang jahil atau munafiq. Ia wajib di Palestina, Chechnya, Afghanistan, Filipina dan banyak negeri lainnya. Negara-negara kafir, Amerika dan sekutu-sekutunya telah saling mewasiatkan untuk memerangi Islam dan kaum Muslimin, membunuh pemimpin mereka, menebar kerusakan di antara mereka dan meng-embargo sebagian negeri-negeri mereka.

Presiden Amerika Bush dalam siaran pers yang di laksanakan hari Ahad 28/6/1422 H telah menegaskan bahwa perang ini adalah perang salib [crusade], dan koalisi salib ini membutuhkan pada penghadangan yang paling besar, upaya-upaya berkesinambungan dan terjun bersama-sama, sehingga tidak seorangpun di udzur dengan sikap tidak ikut serta menghadapinya, dan masing-masing sesuai kadar kemampuannya. Baik dengan jiwanya dimana hajat membutuhkan kepadanya, juga dengan harta dan lisannya, Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Jihadilah orang-orang musyrik itu dengan harta-harta kalian, jiwa-jiwa kalian dan lisan-lisan kalian.” Hadist Riwayat Abu dawud [no.2504] dan An-Nasa’I [3089] dari jalan Hammad dari Humaid dari Anas dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam.

Dan hal paling minimal yang di kerahkan dalam penghadangan dan perang salib ini adalah do’a buat Hizbullah Al-Mukminin dan Ibadullah Al-Mujahidin, bersungguh-sungguh dalam do’a itu dan mencari-cari waktu ijabah do’a, seperti sepertiga malam terakhir, dalam sujud [ketika sholat-ed], antara Adzan dan Iqomah, Qunut dalam shalat lima waktu, dimana ia mendo’akan buat orang-orang yang tertindas dari kau mukminin dan meminta pertolongan kepada Allah atas kafirin dari kalangan yahudi perampas dan kristen yang aniaya.

Abu Hurairah Radiyallahu ’anhu, berkata: sungguh saya akan mempraktekan shalat Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam, maka Abu Hurairah Qunut dalam raka’at terakhir dari shalat Dzuhur, shalat Isya’ dan shalat Shubuh setelah mengatakan: “Sami’Allahu liman hamidah” terus beliau berdo’a buat kaum muslimin dan melaknat kuffar” [HR.Al-Bukhari dalam Shahihnya no.797 dan Muslim no.676 dari jalur Yahya Ibnu Abi Katsir dari Abu Salamah dari Abu Hurairah Radiyallahu ’anhu.

Dan tidak wajib meminta izin kepada penguasa dalam hal qunut di masjid-masjid, karena tidak ada dalil atas hal itu, dan serupa itu andai dilarang dari melaksanakan sunnah rawatib, maka sesungguhnya penguasa itu tidak usah di taati, karena ketaatan hanyalah dalam hal Ma’ruf, sedangkan ini sama sekali tergolong bukan hal ma’ruf. Sungguh umat ini telah di beri bencana dengan penguasa yang menelantarkan hudud dan yang melarang Jihad fi sabilillah serta qunut dalam shalat yang lima waktu, dan [umat di beri bencana] dengan ulama yang melegalkan sikap-sikap hina ini dan mengomentari sikap kepengecutan mereka dari menolong Al-Islam wal Muslimin dengan dalih mendengar dan patuh kepada para penguasa dalam kondisi giat dan malas !!!

Padahal ini adalah penempatan Hadist bukan pada tempatnya, dimana para ulama telah Ijma bahwa orang yang memerintahkan kemungkaran adalah tidak boleh di taati. Dan sesungguhnya kewajiban para ulama adalah berdiri menghadang kebatilan dan gerak langkah kesesatan. Wajib atas mereka mengobarkan ruh Jihad di tengah umat dan memimpinnya dalam meninggikan panji ini serta berlomba-lomba dalam mengitari hal itu.

Mereka adalah pewaris para Nabi dan para pengemban syariat, serta orang yang paling paham akan hukum-hukum Jihad dan keutamaannya, serta apa yang Allah telah siapkan berupa pahala buat Mujahidin. Sekarang adalah waktu pengorbanan, Nushratil Muslimin, dan Jihadul Kafirin dan Salibiyin, inilah jalan yang menghantarkan kepada syahadah, ridha Allah dan Jannah-Nya.

Ini Humair Ibnul Hamman Al-Anshary saat mendengar Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam berkata: “bangkitlah untuk menggapai surga yang luasnya seluas langit dan bumi” Umair berkata: “wahai Rasulullah, surga seluas langit dan bumi?” Beliau Berkata:” Ya”, maka Ia berkata: “Bakh, bakh” maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam berkata:” apa yang membawamu untuk mengucapkan Bakk,bakh” Ia berkata: “tidak wahai Rasulullah kecuali harapan saya untuk ingin menjadi bagian ahli Surga” Rasulullah berkata: ”sesungguhnya kamu termasuk ahli surga” kemudian Ia berkata: “andai saya hidup sampai habis makan kurma-kurma ini, maka sesungguhnya ia adalah kehidupan yang panjang”. Usai berkata, maka ia melemparkan kurma-kurma yang ada padanya kemudian ia memerangi mereka sampai terbunuh” HR.Muslim dalam Shahihnya [no.1901] dari jalur-jalur dari Hasyim Ibnul Qasim, telah mengabarkan kami Sulaiman Ibnul Mughirah dari Tsabit dari Anas Ibnu Malik…

Dan ada dalam shahih Muslim [no.1889] dari Jalan Abdul Aziz Ibnu Hazim dari ayahnya dari Ba’jah dari Abu Hurairah dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam, bahwa Beliau berkata: “sebaik-baiknya kehidupan manusia bagi mereka adalah, seorang laki-laki yang memegang kendali kudanya di jalan Allah, ia melesat di atas punggungnya setiap kali ia mendengar suara teriakan atau peperangan maka ia terbang di atasnya, ia mencari tempat-tempat pembunuhan atau kematian. Atau orang yang berada di tengah-tengah kambingnya di atas lereng gunung di lembah dari lembah-lembah ini, ia mendirikan sholat dan menunaikan zakat serta beribadah kepada Rabb-Nya sampai menemui kematian, tidak ada pada manusia kebaikan kecuali itu”.
Dan banyak mereka adalah orang-orang yang terjelma pada mereka hakekat ini dan ‘Ubudiyah ini, mereka mencari-cari syahadah saat manusia lain mencari dunia dan kelezatannya…

Biarkan kami pergi pada jalan-jalan harga diri kami
Sedang kami memiliki bekal berupa cita-cita yang tinggi
Janji buat kami adalah kemenangan yang nyata,
Maka bila kami mati
Maka di sisi Rabb kami ada tempat tersedia
BIARKANLAH KAMI MATI HINGGA MERAIH KESYAHIDAN…
KARENA MATI DI JALAN HIDAYAH ADALAH KELAHIRAN…

JANGAN HERAN! KARENA KEHIDUPAN MUJAHIDIN SELURUHNYA AJAIB

Syiar mereka adalah: “Saya menang demi Tuhannya Ka’bah”. Tsumamah Ibnu Abdillah Ibnu Anas berkata: Saya mendengar Anas Ibnu Malik Radiyallahu ’anhu berkata: tatkala di tusuk Haram Ibnu Malhan –sedang ia adalah pamanya- di hari sumur Ma’unah, ia mengisyaratkan dengan darahnya: begini, terus Ia melumurkan darah itu ke wajah dan kepalanya, terus berkata: “saya menang, demi Tuhan Ka’bah”. HR.Al-Bukhari [no.4092] dalam shahihnya dari jalan Abdullah Ibnu Mu’ammar dari Tsumamah.

Dan Al-Waqidi meriwayatkan bahwa ‘Amir Ibnu Fuharah mengatakannya, kemudian orang yang membunuhnya masuk Islam saat itu juga, dan saat Khubaib Ibnu ‘Addi di tawan dan di kedepankan untuk di bunuh, dia berujar:

“saya tidak peduli dalam keadaan muslim saya di bunuh
Di sisi manapun karena Allah sebab saya terbunuh
Dan itu karena Dzat Allah dan bila Dia mau
Dia memberkati terhadap anggota-anggota badan yang terputus”
Engkau bisa meliha ini di Shahih Bukhari [no.3045]
Hadist-hadist tentang hal ini banyak, dan hikayat-hikayat tentang para pendekar Islam tidaklah membosankan, dan para ibu tidaklah mandul dari melahirkan para pemberani itu. Nama-nama Jihadiyah yang muncul pada masa kita ini berlomba-lomba muncul dalam ingatan saya, inilah sang Panglima ‘Abdullah ‘Azzam, Jamilurrahman, Anwat Sya’ban, Yahya Ayyash Rahimahumullah, serta Komander Samir As-Suwailim yang di kenal dengan sebutan Khattab. Umat ini telah menderita sebulan yang lalu dengan terbunuhnya beliau, karena di racun pada umur yang tidak lebih dari 33 tahun, beliau dilahirkan pada tahun 1309 H, beliau bergabung dengan Mujahidin Afghan pada umur 18 tahun dan terus senantiasa berada di medan-medan perang sampai akhirnya ia memimpin Tentara Islam di peperangan Chechnya dan menimpakan banyak kerugian pada musuh. Ia memang mencari Syahadah dan khawatir meninggal di selain tanah Jihad, maka Allah menyampaikan pada cita-citanya.

Dan kami meyakini bahwa lenyapnya sang panglima pemberani ini serta Mujahidin piawai lainnya tidak akan melemahkan Mujahidin atau meluluhkan mereka. Bila mati seorang pendekar pemberani seperti Khattab Rahimahullah, maka sesungguhnya pada umat ini terdapat pendekar lainnya dan orang-orang yang tulus terhadap Dien ini. Karena sesungguhnya Umat yang di rahmati ini selalu terus memberi, ia melahirkan Orang-orang yang shalih, para Imam yang bertaqwa, Ulama yang jujur dan Panglima yang mukhlis.

Bila mati ditengah kami seorang tokoh maka berdiri tokoh yang lain, yang mengucapkan lagi melakukan apa yang di ucapkan orang-orang yang mulia.
Yang mencetak tokoh, dan menanamkan pada mereka kekuatan dan keberanian adalah aqidah dan keteguhan diatas prinsip.

Kami memohon kepada Allah Ta’ala agar membela Dien-Nya, meninggikan kalimat-Nya, memenangkan Auliya-Nya dan menghinakan musuh-musuh-Nya.
Ya Allah sesungguhnya bumi adalah bumi-Mu, langit adalah langit-Mu dan laut-adalah laut-Mu.
Ya Allah apa yang di miliki yahudi para perampas dan kristen yang aniaya berupa kekuatan di langit maka jatuhkanlah, dan apa yang mereka miliki berupa kekuatan di bumi maka hancurkanlah serta apa yang mereka miliki berupa kekuatan di laut, maka tenggelamkanlah…

Wal Hamdulillahi Rabbil ‘Alamiin

Saudara Kalian: Syaikh Sulaiman bin Nashir Al-‘Ulwan
10/4/1423 Hijriyah

Alih bahasa: Abu Sulaiman

Back to posts
Tauhid

Ajari Anak Kita Shalat…

Shalat adalah ibadah yang terdiri dari kata-kata dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

صَلُّوْا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِيْ أُصَلِّيْ

Shalatlah sebagaimana kalian melihat saya shalat (Al Bukhari)

Apabila seseorang hendak mengerjakan shalat, maka wajib berwudhu terlebih dahulu jika ia berhadats kecil, atau bertayammum jika ia tidak memperoleh air atau sedang dalam kondisi yang tidak diizinkan memakai air. Selain itu ia juga harus terlebih dahulu membersihkan badan, pakaian dan tempat shalat dari najis.

Tata Cara Shalat

1. Menghadap kiblat dengan seluruh badan, tanpa berpaling dan menoleh.

2. Niat shalat yang ingin dikerjakan, dan cukup di dalam hati, tidak ada dalil yang menunjukan sunnahnya melafalkan niat, bahkan hal itu termasuk bid’ah.

3. Takbiratul ihram (takbir pembukaan) dengan mengucapkan “Allahu Akbar”, dan mengangkat tangan sejajar dengan kedua pundak atau kedua telinganya ketika bertakbir.

4. Meletakkan tangan kanan di atas punggung telapak tangan kiri di dada.

5. Membaca istiftah, yaitu :

(( اَللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَا يَايَ كَمَا بَا عَدْتَ بَيْنَ اْلمَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ، اَللَّهُمَّ نَقِّنِيْ مِنْ خَطَاياَيَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الآَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اَللَّهُمَ اغْسِلْنِيْ مِنْ خَطَاياَيَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ ))

“Ya Allah, jauhkanlah aku dari segala dosa-dosaku, sebagaimana Engkau telah menjauhkan timur dengan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari dosa-dosaku, sebagaimana dibersihkannya kain putih dari kotoran. Ya Allah, cucilah aku dari dosa-dosaku dengan air, es dan salju.”

Atau:

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ . إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

Saya hadapkan wajahku kepada Dzat yang telah menciptakan langit dan bumi, dengan penuh ketulusan dan penyerahan, dan saya bukan tergolong orang-orang yang musyrik, Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku adalah kepunyaan Allah Tuhan sekalian alam, tiada sekutu baginya, dan dengan itulah akau diperintahkan, sedang saya adalah tergolong orang-orang yang berserah diri.”

Atau yang lainnya yang pernah dipakai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

6. Membaca :

(( أَعُوْذ ُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ ))

“Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk”.

7. Membaca Al-Fatihah :

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (١) الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (٢) الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (٥) اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Robb semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai hari Pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan kepada engkaulah kami memohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahi nikmat kepada mereka; bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan (pula) jalan mereka yang sesat.” (QS. Al-Fatihah: 1-7).

Kemudian mengucapkan “Aamiin”, yang artinya: “ Ya Allah, kabulkanlah.”

8. Membaca salah satu surat dari Al-Qur’an (yang biasa dibaca dan dihapal), dan panjangkanlah bacaan shalat di dalam shalat Subuh

9. Ruku’ yaitu menundukkan punggung untuk mengagungkan Allah, seraya melakukan takbir ketika ruku’ dan mengangkat kedua tangan setinggi pundak.

Disunnahkan menundukkan punggung serta menjadikan kepala lurus/sejajar dengan punggung, serta meletakkan kedua tangan di atas lutut dengan merenggangkan jari-jari.

10. Ketika ruku’ mengucapkan :

(( سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلعَظِيْمِ ))

“ Mahasuci Robbku Yang Maha Agung” (3x)

Atau :

(( سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ ))

“Mahasuci Robbku Yang Maha Agung, dan dengan memuji-Nya” (3x)

Atau :

((سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ))

“Mahasuci Engkau, ya Allah dan dengan memuji Engkau, ya Allah ampunilah aku.”

11. Mengangkat kepala dari ruku’, seraya mengucapkan:

((سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ))

“ Allah mendengar orang yang memuji-Nya.”

seraya mengangkat kedua tangan setinggi pundak.

12. Setelah mengangkat kepala, mengucapkan:

(( رَبَّنَا وَلَكَ الحَمْدُ مِلْءُ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءُ الأَرْضِ وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ ))

“Ya Rabb kami, bagi-Mu pujian dengan sepenuh langit, sepenuh bumi dan sepenuh apa saja yang Engkau kehendaki.”

13. Turun untuk sujud seraya mengucapkan “Allahu Akbar” tanpa mengangkat kedua tangan, dan baiknya mendahulukan kedua lutut sebelum kedua tangan ketika bersujud, terus melakukan sujud di atas anggota sujud yang tujuh, yaitu: dahi bersama hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan jari-jari kedua kaki. Renggangkan kedua tangan dari lambung/perut dan jangan meletakkan kedua lengan tangan di atas lantai, serta hadapkanlah jari-jari kaki ke arah kiblat, renggangkan paha dari perut dan renggangkan paha dari betis, serta rapatkan jari-jari tangan dengan menghadapkannya ke kiblat.

14. Dalam bersujud mengucapkan:

سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلَى

“Maha suci Tuhanku Yang Maha Tinggi,”3x

Atau :

سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلَىَ وَبِحَمْدِهِ

“Maha suci Tuhanku Yang Maha Tinggi, dan dengan memuji-Nya”3x

Atau :

(( سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ ))

“Mahasuci Engkau, ya Allah Rabb kami dan dengan memuji Engkau, ya Allah, ampunilah aku.”

15. Mengangkat kepala dari sujud, seraya mengucapkan: “Allahu Akbar” tanpa mengangkat kedua tangan.

16.Duduk di antara dua sujud, caranya adalah duduk di atas telapak kaki yang kiri dan menegakkan telapak yang kanan, meletakkan kedua tangannya di atas kedua pahanya mendekati lutut

17. Dalam duduk antara dua sujud mengucapkan:

((رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَارْزُقْنِيْ وَاجْبُرْنِيْ وَعَافِنِيْ))

“Ya Rabbku, ampunilah aku, sayangilah aku, tunjukilah aku, limpahkanlah rezeki-Mu kepadaku, cukupkanlah kekuranganku, dan sehatkanlah aku.”

18. Kemudian sujud kedua dan melakukannya dengan khusyu’ yang ucapan dan perbuatannya seperti pada waktu sujud pertama, dan bertakbirlah ketika hendak sujud tanpa mengangkat kedua tangan.

19. Berdiri dari sujud kedua, seraya mengucapkan takbir dan mengerjakan rakaat yang kedua yang ucapan serta perbuatannya seperti yang dilakukan pada rakaat pertama. Hanya saja pada rakaat ini tidak membaca istiftah dan ta’awwud`.

20. Kemudian duduk setelah selesai rakaat kedua, seraya mengucapkan takbir dan duduk persis dengan duduk antara kedua sujud, ditambah dengan menggenggam jari kelingking dan jari manis, serta mengangkat jari telunjuk. Ujung ibu jari lekatkan dengan jari tengah seperti membentuk lingkaran dan letakkan tangan kiri di bagian paha yang dekat dengan lutut., atau menggenggamkan seluruh jari-jari tangan kanannya kecuali telunjuk yang diisyaratkan dari awal.

21. Dalam duduk ini membaca tasyahhud, yaitu:

((التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ ِللهِ . السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ. السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَدِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا وَرَسُولُ اللهِ . اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَباَرِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اَلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْد. اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ))

“Segala penghormatan yang penuh berkah, shalawat yang penuh kebaikan hanya milik Allah. Selamat sejahtera kepadamu, wahai Nabi, rahmat Allah dan berkah-Nya. Selamat sejahtera kepada kami dan hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah dan rasul Allah. Ya Allah, berikanlah salam sejahtera kepada Muhammad dan keluarga Muhammad. Sebagaimana engkau memberikan salam sejahtera kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim.Sesungguhnya Engkau Terpuji lagi Mahaagung. Dan berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau memberkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau terpuji dan Maha Agung. Aku berlindung kepada Allah dari siksa Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari fitnah Al-Masih Ad-Dajjal.”

Atau :

….اَلتَّحِيَّاتُ ِللهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ

“Segala penghormatan hanya milik Allah, shalawat dan sanjungan yang baik…” (bacaan selanjutnya sama dengan di atas)

Dan setelah itu boleh berdoa dengan doa yang dia kehendaki.

22. Salam ke kanan dan ke kiri dengan mengucapkan:

((السَلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ ))

23. Apabila shalat itu tiga rakaat atau empat rakaat, maka pada raka’at kedua itu berhenti sampai batas tahiyat awal, yaitu:

(( أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ ))

24. Kemudian bangkit dengan mengucapkan takbir, serta mengangkat kedua tangan setinggi pundak.

25. Meneruskan shalat seperti pada rakaat kedua, hanya saja dalam rakaat ketiga ini cukup membaca Al-Fatihah.

26. Duduk tawarruk, yakni menegakkan telapak kaki kanan serta mengeluarkan telapak kaki kiri dari bawah betis kanan, mendudukkan pinggul di lantai dan meletakkan kedua tangan di atas paha, seperti cara meletakkan tangan pada tahiyat awal.

27. Dalam posisi duduk ini membaca tahiyyat, shalawat, dan doa seluruhnya.

28. Kemudian salam ke kanan dan ke kiri, seraya mengucapkan:

(( السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ ))

Ini adalah tata cara shalat yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, meskipun dalam beberapa masalah yang bukan termasuk yang wajib dan rukun ada sedikit perbedaan di antara para ulama, mudah-mudahan kita bisa mempraktekannya.

(Abu Sulaiman Aman Abdurrahman)